Translate

Sabtu, 23 November 2013



Jangan Anggap Anak Sebagai Miniatur Orangtua
Jangan Anggap Anak Sebagai Miniatur Orangtua

Psikolog anak dan keluarga, Tika Bisono mengakui saat ini dalam kehidupan masyarakat Indonesia masih ada anggapan anak adalah miniatur orangtua. Akibatnya saat anak dilihat sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil, akan membuat yang terjadi anak justru stres.


"Anak bukan miniatur orangtua. Di Indonesia, ada anggapan bermain enggak perlu yang penting belajar. Makanya banyak anak stres di rumah karena dipicu orangtua. Kita harus melihat anak sebagai bocah," kata Tika saat menjadi pembicara dalam talk show Memilih Mainan yang Tepat untuk si Buah Hati yang diadakan Creativity for Kids Faber-Castell di Jakarta belum lama ini.
Anak pada dasarnya tengah memasuki tahapan sedang belajar. Sebaliknya sisi orangtua selalu berpandangan hasil, apakah mereka dinilai mampu atau gagal.
"Saya mengajak orangtua untuk memberikan kesempatan anak bermain. Apalagi anak kita tidak mampunyai tempat mengeksplore. Pola asuh demokratis juga baik," katanya.
Kekhawatiran jika diberikan kebebasan akan ngelunjak, coba ditepis Tika. "Inilah pentingnya disiplin. Anak tidak akan kreatif kalau ortunya tidak kreatif," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, orangtua yang baik saat ini dulunya pasti sukses, masa lalunya baik.
"Biasanya koruptor memiliki masa lalu kehidupan buruk. Saat berusia 3 sampai 6 tahun, mereka gagal dalam fisik psikososial.

Sepanjang Diawasi, Bermain Game Positif Bagi Anak


Sepanjang Diawasi, Bermain Game Positif Bagi Anak

Banyak anggapan bermain alat-alat digital bagi seorang anak perilaku buruk dan tidak membuat anak kreatif. Benarkah pandangan itu?
Pemerhati tumbuh kembang anak, Eva Krismarini menyatakan, perkembangan zaman, menuntut perubahan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk gaya bermain anak.
"Kita tidak bisa memungkiri anak-anak sekarang lahir di era modern. Era komputer dan tablet atau alat permainannya barang digital yang perkembangan aplikasi naik terus bermain games," kata Eva saat menjadi pembicara dalam talkshow Memilih Mainan yang Tepat untuk si Buah Hati yang diadakan Creativity for Kids Faber-Castell di Jakarta belum lama ini.
Yang perlu dilakukan orangtua adalah melakukan pengawasan, karena pada dasarnya games tidak semua buruk.
"Game punya rating. Ada penelitian bahwa bermain games tertentu merangsang anak mau belajar," katanya.
Bahkan ada game yang permainannya bisa melatih daya ingat, belajar secara tidak langsung.
"Ada juga game yang bisa bermain tenis bersama orangtua. Atau game online sambung dengan orang lain. Jadi poin penting ada pengawasan di sini," katanya.
Saat anak berusia 3 sampai 5 tahun, orangtua jangan melarang anak bermain game karena khawatir akan menimbulkan perilaku yang buruk.
"Perkenalkan main game tapi kita yang menentukan. Pengawasan yang benar game bisa bermanfaat," katanya.
Anak tengah asyik bermain game portabel, Selain bisa meningkatkan kecepatan motorik halus, kecepatan merespon serta meningkatkan daya imajinasi. Akan tetapi Permainan game bisa menjadi negatif apabila seharian anak bermain game serta lupa bersosialisasi hingga belajar
(by eko sutriyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar