Teman Terbaik di Tiap Keadaan![]()
Ada pepatah yang
mengatakan, sebaik-baiknya teman adalah buku. Mengapa demikian, sebab buku
adalah jendela dunia dan membuka cakrawala. Dengan membaca, pikiran dan
wawasan manusia menjadi terbuka.
Dengan membaca pula,
secara tidak langsung, siapa pun mereka telah menjalani perintah pertama
(wahyu) yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam Surah Al-Alaq.
“Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Menciptakan.”
Tiada tujuan lain dari
perintah ‘membaca’ tersebut, selain Allah menghendaki agar hamba-hamba-Nya
terus mencari dan menambah ilmu pengetahuan sehingga menjadi Rabbani (ahli
ilmu dan pengabdi Allah), serta manusia tersebut menjadi cerdas.
Setidaknya ada
beberapa kecerdasan yang harus terus diasah manusia. Baik kecerdasan emosi,
intelektual, juga spiritual. Jika buku sebagai ‘vitamin’ wawasan intelektual
bagi manusia, maka manusia membutuhkan vitamin lain untuk kondisi
spiritualnya. Vitamin tersebut ialah dengan berdzikir.
Dzikir berasal dari
kata ‘dza-ka-ra’ yang bermakna mengingat. Mengingat Tuhan dalam tiap keadaan
dapat kita lakukan dengan berdzikir. Allah pun banyak mengungkap ayat dzikir
yang salah satu di antaranya ialah pengujung Quran Surah Ali-Imran ayat
190-191.
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Ayat tersebut diawali
dengan keajaiban penciptaan langit dan bumi yang bagi orang-orang berakal,
sungguh semua ciptaan-Nya memiliki hikmah dan faedah. Hikmah dari penciptaan
keduanya pun menjadikan manusia senantiasa berdzikir dalam tiap keadaan,
entah dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring hingga mereka merintih
dan berdoa bahwa tiada yang sia-sia atas penciptaan alam lalu berlindung
pada-Nya atas siksa neraka.
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah RA, Rasulullah saw bersabda bahwa Allah berfirman, “Aku berdasarkan
prasangka hamba-hamba-Ku. Aku bersamanya jika ia mengingatku. Apabila dia
mengingat-Ku, dalam dirinya, niscaya Aku mengingatnya dalam diri-Ku...” (HR
Bukhari Muslim).
Allah senantiasa
mengingat kita, jika kita mengingat-Nya dalam tiap keadaan. Membesarkan
Dzat-Nya dan menyucikan asma-Nya. Adapun dzikir pilihan yang ringan
dilafadzkan namun berat dalam timbangan amal serta Allah suka terhadap lafadz
itu ialah “Subhaanallahi wabihamdihi, Subhaanallahil ‘adzhim,” (HR Bukhari
Muslim).
Hidup, napas, dan usia
adalah anugerah terbesar dari-Nya, sudah sepatutnyalah kita memanfaatkan
setiap desahan napas ini dengan bersyukur dan memuji dengan berdzikir
pada-Nya.
|
Translate
Senin, 25 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar