Siksa yangTertangguhkan
Sering orang berkata
katanya Allah berkuasa dan tak suka pada perbuatan-perbuatan yang kufur atau
durhaka. Lalu, mengapa nyatanya orang-orang yang kelihatannya bergelimang dosa
tetap saja ada bahkan seperti hidupnya lebih sejahtera, rezekinya mudah, serta
hidup mewah? Sementara kita yang taat beribadah dan setiap waktu berdoa kepada
Allah begini-begini saja, apa adanya, bahkan kadang hidup seperti banyak
susah.
Di sinilah sebenarnya
ujian dan kekuatan rahasia Allah. Kita yang beribadah dan taat kepada Allah
diberi porsi rezeki dan kesempatan yang terbatas tentu tak lepas dari rencana
Allah yang akan memberi kebahagiaan kelak.
Mendidik bersikap tawakal
dan bersyukur, memandang harapan dalam janji-janji Allah yang diimani benar
adanya, mengerti akan ibrah sejarah masa lalu, serta tetap dekat dan
ditemani Allah sepanjang arung kehidupan yang dilaluinya.
Sebaliknya mereka yang
berbuat buruk, mengingkari ayat-ayat Allah, serta terjebak di pusaran kesibukan
duniawi yang mempesona, sebenarnya hanya akan menikmati sementara saja karena
di depan mereka ada jurang yang sangat dalam dan mengerikan. Siksaan yang
tertangguh.
Allah SWT menunjukkan
ayat-ayat-Nya sebagaimana diingatkan dalam QS Al Isra 59 “Dan tidak ada
yang menghalangi Kami untuk mengirimkan tanda-tanda (kekuasaan Kami),
melainkan karena itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah Kami
berikan kepada kaum Tsamud unta betina yang dapat dilihat (sebagai mu’jizat)
tetapi mereka berlaku zalim (kepada unta itu). Dan Kami tidak mengirimkan
tanda-tanda itu kecuali agar mereka takut”.
Ibnu Katsir dalam
tafsirnya menerangkan bahwa Sunaid dari Sa’id bin Jubair bahwa kaum musyrik
pernah berkata, ”Wahai Muhammad, kamu mengaku bahwa sebelum kamu, Allah juga
mengutus para nabi yang lain. Di antara nabi itu ada yang dikaruniai mu’jizat
dengan ditundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik menurut
perintahnya kemana saja yang dikehendakinya. Di antara mereka juga ada yang
diberi mu’jizat untuk menghidupkan orang yang telah mati. Oleh karena itu, jika
kamu menginginkankami beriman dan mempercayaimu, berdoalah kepada Tuhanmu
untuk kami dengan mengubah seluruh bukit Shafa ini menjadi bukit emas”.
Imam Ahmad meriwayatkan
Ibnu Abbas ra menuturkan kaum kafir meminta kepada Nabi Muhammad untuk
memperlihatkan mukjizat dengan mengubah bukit Shafa menjadi bukit emas dan
menundukkan pegunungan menjadi tempat yang amat baik untuk bercocok
tanam.
Lalu dikatakan kepada
Nabi Muhammad, “ Jika kamu mau, Kami akan menangguhkan kepada mereka, dan jika
kamu mau Kami dapat mengabulkan permintaan mereka, tetapi jika mereka masih
kafir, niscaya mereka akan binasa sebagaimana binasanya umat terdahulu”.
Nabi menjawab, “Tidak,
tapi tangguhkanlah mereka”. Kemudian Allah menurunkan ayat di atas. An Nasa’i
meriwayatkan kisah ini dari jalan hadits Jarir.
Demikianlah Rosulullah
SAW khawatir jika do’a dikabul dan bukit Shafa menjadi emas, mereka tetap saja
kafir, karena “emas” sering membawa kerakusan, lupa diri, bahkan menjadi lebih
durhaka lagi. Rosul memilih opsi penangguhan.
Penangguhan adalah
kesempatan agar ada waktu untuk menda’wahi kiranya mereka dapat beriman
dan bertobat. Jika ternyata tidak, maka siksa yang tertangguh akan datang
menurut kehendak Allah. Dan tentunya siksa akherat sudahlah pasti.
Kita saat ini suka
membandingkan kehidupan kita sendiri yang “berat” melaksanakan sholat,
shaum, atau ibadah lain dengan orang atau komunitas lain yang “ringan”
menunaikan kewajiban. Mengapa mereka yang minim ibadah bahkan nampaknya
tak beriman dan durhaka itu nampak begitu mudah untuk hidup jauh lebih
sejahtera. Bisnis sukses, berkuasa, kendaraan dan rumah-rumah yang mewah. Gampang
rezekinya.
Perbadingan yang
dibarengi rasa iri apalagi berprasangka buruk terhadap keadilan Allah
sesungguhnya tidaklah patut, sebab semua itu berlaku hukum penangguhan. Allah
akan memarahi dan mengadzab pada waktunya. Tidak ada perbuatan buruk yang tak tercatat,
seluruhnya terdata dan akan dibukakan. Lalu catatan itu membuat penyesalan yang
sangat mendalam. Tak ada waktu untuk perbaikan. Siksa yang tertangguhkan.
“Maka ketika mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
semua pintu (kesenangan). Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang
diberikan, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam
putus asa” (QS AL An’aam 44).
Nah, di akhirat nanti
yang banyak melakukan dosa serta melupakan urusan Allah selama di dunia, siksa
penangguhan akan didapat. Diawali dengan mendapatkan catatan amal yang
diterima dengan tangan kiri dan dari belakang.
“Dan adapun orang yang
kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata “alangkah baiknya jika
kitab tidak diberikan padaku, sehingga aku tak tahu bagaimana hisabku, wahai
kiranya (kematian) itu yang menyudahi segala sesuatu, hartaku sama sekali tak
berguna bagiku, kekuasaanku telah hilang dariku” (QS AL Haqqah 25-29).
“Dan adapun orang yang yang
catatannya diberikan dari arah belakang, maka dia akan berteriak “Celakalah aku
!”. (QS Al Insyiqaq 10-11).
Oleh HM Rizal Fadillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar