Prasangka Baik itu Mendamaikan Hati
Segala sesuatu yang akan
terjadi mengenai kehidupan diri sendiri ataupun sesuatu yang berhubungan dengan
apa saja yang akan mungkin terjadi di dunia ini, sudah tertulis sesuai dengan
qadha’ dan qadarnya.
Tidak ada yang dapat
mereka-reka kemungkinan yang akan terjadi nanti atau esok lusa. Maka dari itu
tiadalah guna bertumpang dagu memikirkan kemungkinan keburukan yang akan datang
di hadapanmu.
Bukankah dalam sebuah
hadist Rasulullah
SAW bersabda,” …Ketahuilah bawa apa yang tidak akan menimpamu, maka tidak akan
pernah menimpamu sampai kapan pun.”
Lalu dalam sabda lain Rasulullah SAW
memberikan dorongan untuk menghibur mereka yang beriman agar tidak bermuram durja
dan gundah gulana penuh buruk sangka (suudzdzon) atas sesuatu yang akan datang
esok lusa.
Kata Rasulullah SAW;”Allah tidak akan menentukan qadha’ bagi
hamba-Nya, kecuali qadha’ itu baik baginya.”(Al Hadist dalam buku La Tahzan).
Demikian kasih dan sayangnya
Allah kepada ummat-Nya sebagaimana sifatnya yang Rahman dan Rahim hingga Dia
memberikan jaminan bagi manusia untuk selalu optimis dan menjauhi kegundahan
dari hari-hari yang dijalani karena berburuk-sangka terhadap kehidupan di esok
lusa mendatan. Dalam Hadist Qudsi firman Allah SWT menegaskan.”Aku, sesuai
dengan sangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” Baik sangka (husnudzdzon) kepada
kemungkinan ketentuan Allah adalah sebuah pilihan yang baik. Mana tahu dari
kesulitan yang muncul akan datang ketentuan lain yang lebih menguntungkan
dikemudiannya.
Seperti bait syair ini:
Secerah mentari dipagi
hari menyinari bumi
Menghadirkan kebahagian
dihati nan berseri
Cahayanya berkilau terus
abadi
Sangka yang baik akan
mendamaikan hati
Buanglah jauh
buruk-sangka karena tiada manfaat yang diambil darinya kecuali
kegundah-gulanaan dan hati yang gelisah. Sedangan berbaik-sangka adalah pilihan
yang utama atas segala kemungkinan apapun yang akan terjadi di hari-hari esok
lusa medatang, sebab baik-sangka merupakan sifat yang mumpuni yang dapat
memberikan kedamaian dan kebahagian dihati. Bila hati penuh kebahagian maka
sinarnya pun akan memancarkan cahaya yang selalu berseri.
Cemas yang sia-sia
Suatu ketika dalam
kehidupan ini, seseorang memang tidak luput dirundung duka. Pada satu saat
tertentu deraan musibah hadir dihadapannya terus menggelayut, menikam kalbunya
hingga rapulah jiwanya. Buruk-sangkapun muncul dihati yang gundah itu. Masa
depan seolah tiada harapan, kehidupan esok seperti momok yang siap menerkam,
sepertinya masalah pun tak akan habis-habisnya. Sebenarnya kesemua itu hanya
merupakan sebuah kecemasan yang sia-sia belaka, namun begitulah bila sudah
terlanjur ketakutan hadir dalam jiwa.
Sebenarnya kecemasan
akan hari esok yang belum pasti itu hanya perbuatan syaitan. Maka kita telah
diperdayanya bila ikut larut dalam ketakutan dan sangkaan buruk atas
kemungkinan hari esok yang datang menjelang yang dengan segala
ketidakpastiannya. Bisa jadi kita mengkhayalkan masa depan yang suram, justru
akan membuat hati cemas dan jiwa ikut melayang ke alam ghaib yang belum jelas
pengetahuan kita terhadapnya. Gilirannya khayalan-khayalan itu akan mengundang
syaitan untuk ikut mempermainkan pemikiran dan jiwa kita lalu menjadi lebih
menghadirkan kecemasan.
Allah SWT mengingatkan
dalam firmannya:”Syaitan menjanjian (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
membuat kamu berbuat kejahatan (kikir): sedang Allah menjanjikan untukmu
ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha luas karunia-Nya dan Maha
mengetahui.”(Qs. Al Baqarah :268).
Sebuah peringatan kepada
manusia yang beriman untuk tidak terperdaya atas ajakan syaitan yang terus
menerus menggoda sehingga membuat kita berburuk sangka. Buruk sangka bukanlah
sifat yang baik. Malah bila menguasai diri maka bukan saja orang lain yang
terkena akibatnya saudara seiman pun bisa terikut jadinya. Padahal sesama
saudara seiman diwajibkan membelanya.
Abu Hurairah ra.
mengatakanbahwa Rasulullah SAW bersabda; “Hati-hati kalian dari persangkaan
yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta…janganlah
kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain…. Janganlah kalian saling
hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara
bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya. Taqwa itu di
sini, taqwa itu di sini.” Nabi SAW mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya…
(HR. ِAl-Bukhari no. 6066 dan Muslim no. 6482).
Berbagai prasangka buruk
terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya,
tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang
terjadi adalah asal tuduh kepada saudaranya. Padahal suudzdzon kepada sesama kaum
muslimin tanpa ada bukti merupakan perkara yang terlarang. “Wahai orang-orang
yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena
sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (Al-Hujurat: 12)
Dalam firman-Nya Allah SWT mencela orang-orang
Badui yang takut berperang ketika mereka diajak untuk keluar bersama pasukan
mujahidin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW. Orang-orang Badui ini dihinggapi
dengan prasaka yang tidak baik tidak turut ke Hudaibiyah.“ ……….. Dan kalian
telah menyangka dengan sangkaan yang buruk, kalian pun menjadi kaum yang
binasa.” (Al-Fath: 11-12).
Demikian tegasya ancaman
Allah kepada orang-orang yang berprasangka buruk atas sesuatu yang belum pasti.
Sampai-sampai Allah menjadikan mereka kaum yang binasa. Seandainya prsangka
baik yang dikedepankan maka kebaikan Allah telah mendahului anggapan mereka dan
kebaikan pula yang diberikan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar