Translate

Minggu, 01 September 2013

Prasangka Baik itu Mendamaikan Hati





Segala sesuatu yang akan terjadi mengenai kehidupan diri sendiri ataupun sesuatu yang berhubungan dengan apa saja yang akan mungkin terjadi di dunia ini, sudah tertulis sesuai dengan qadha’ dan qadarnya. 

Tidak ada yang dapat mereka-reka kemungkinan yang akan terjadi nanti atau esok lusa. Maka dari itu tiadalah guna bertumpang dagu memikirkan kemungkinan keburukan yang akan datang di hadapanmu. 

Bukankah dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda,” …Ketahuilah bawa apa yang tidak akan menimpamu, maka tidak akan pernah menimpamu sampai kapan pun.”
Lalu dalam sabda lain Rasulullah SAW memberikan dorongan untuk menghibur mereka yang beriman agar tidak bermuram durja dan gundah gulana penuh buruk sangka (suudzdzon) atas sesuatu yang akan datang esok lusa.
Kata Rasulullah SAW;”Allah tidak akan menentukan qadha’ bagi hamba-Nya, kecuali qadha’ itu baik baginya.”(Al Hadist dalam buku La Tahzan).

Demikian kasih dan sayangnya Allah kepada ummat-Nya sebagaimana sifatnya yang Rahman dan Rahim hingga Dia memberikan jaminan bagi manusia untuk selalu optimis dan menjauhi kegundahan dari hari-hari yang dijalani karena berburuk-sangka terhadap kehidupan di esok lusa mendatan. Dalam Hadist Qudsi firman Allah SWT menegaskan.”Aku, sesuai dengan sangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” Baik sangka (husnudzdzon) kepada kemungkinan ketentuan Allah adalah sebuah pilihan yang baik. Mana tahu dari kesulitan yang muncul akan datang ketentuan lain yang lebih menguntungkan dikemudiannya.

Seperti bait syair ini:
Secerah mentari dipagi hari menyinari bumi
Menghadirkan kebahagian dihati nan berseri
Cahayanya berkilau terus abadi
Sangka yang baik akan mendamaikan hati

Buanglah jauh buruk-sangka karena tiada manfaat yang diambil darinya kecuali kegundah-gulanaan dan hati yang gelisah. Sedangan berbaik-sangka adalah pilihan yang utama atas segala kemungkinan apapun yang akan terjadi di hari-hari esok lusa medatang, sebab baik-sangka merupakan sifat yang mumpuni yang dapat memberikan kedamaian dan kebahagian dihati. Bila hati penuh kebahagian maka sinarnya pun akan memancarkan cahaya yang selalu berseri. 

Cemas yang sia-sia
Suatu ketika dalam kehidupan ini, seseorang memang tidak luput dirundung duka. Pada satu saat tertentu deraan musibah hadir dihadapannya terus menggelayut, menikam kalbunya hingga rapulah jiwanya. Buruk-sangkapun muncul dihati yang gundah itu. Masa depan seolah tiada harapan, kehidupan esok seperti momok yang siap menerkam, sepertinya masalah pun tak akan habis-habisnya. Sebenarnya kesemua itu hanya merupakan sebuah kecemasan yang sia-sia belaka, namun begitulah bila sudah terlanjur ketakutan hadir dalam jiwa. 

Sebenarnya kecemasan akan hari esok yang belum pasti itu hanya perbuatan syaitan. Maka kita telah diperdayanya bila ikut larut dalam ketakutan dan sangkaan buruk atas kemungkinan hari esok yang datang menjelang yang dengan segala ketidakpastiannya. Bisa jadi kita mengkhayalkan masa depan yang suram, justru akan membuat hati cemas dan jiwa ikut melayang ke alam ghaib yang belum jelas pengetahuan kita terhadapnya. Gilirannya khayalan-khayalan itu akan mengundang syaitan untuk ikut mempermainkan pemikiran dan jiwa kita lalu menjadi lebih menghadirkan kecemasan. 

Allah SWT mengingatkan dalam firmannya:”Syaitan menjanjian (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan membuat kamu berbuat kejahatan (kikir): sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha luas karunia-Nya dan Maha mengetahui.”(Qs. Al Baqarah :268).

Sebuah peringatan kepada manusia yang beriman untuk tidak terperdaya atas ajakan syaitan yang terus menerus menggoda sehingga membuat kita berburuk sangka. Buruk sangka bukanlah sifat yang baik. Malah bila menguasai diri maka bukan saja orang lain yang terkena akibatnya saudara seiman pun bisa terikut jadinya. Padahal sesama saudara seiman diwajibkan membelanya.

Abu Hurairah ra. mengatakanbahwa Rasulullah SAW bersabda; “Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta…janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain…. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya. Taqwa itu di sini, taqwa itu di sini.” Nabi SAW mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya… (HR. ِAl-Bukhari no. 6066 dan Muslim no. 6482).

Berbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah asal tuduh kepada saudaranya. Padahal suudzdzon kepada sesama kaum muslimin tanpa ada bukti merupakan perkara yang terlarang. “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (Al-Hujurat: 12)

Dalam firman-Nya Allah SWT mencela orang-orang Badui yang takut berperang ketika mereka diajak untuk keluar bersama pasukan mujahidin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW. Orang-orang Badui ini dihinggapi dengan prasaka yang tidak baik tidak turut ke Hudaibiyah.“ ……….. Dan kalian telah menyangka dengan sangkaan yang buruk, kalian pun menjadi kaum yang binasa.” (Al-Fath: 11-12).


Demikian tegasya ancaman Allah kepada orang-orang yang berprasangka buruk atas sesuatu yang belum pasti. Sampai-sampai Allah menjadikan mereka kaum yang binasa. Seandainya prsangka baik yang dikedepankan maka kebaikan Allah telah mendahului anggapan mereka dan kebaikan pula yang diberikan Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar