Translate

Minggu, 12 Agustus 2012

Sedekah Tepat Sasaran


Dalam satu hari, kita diberi Allah kesempatan 24 jam untuk beraktifitas. Untuk sebagian orang, 24 jam merupakan waktu yang cukup untuk melakukan aktifitas sehari-harinya. Akan tetapi, bagi mereka yang berkegiatan super padat, kerap mengatakan waktu 24 jam tidaklah cukup untuk memenuhi seluruh kegiatan mereka.
Dari situlah muncul yang namanya skala prioritas. Bagaimana kita memilih dari sekian banyak kegiatan harian kita, sehingga tidak terjadi salah atur. Atau malah sampai berakibat fatal, karena kita tidak melakukan kegiatan yang nilainya teramat penting bagi kita.
Contoh yang real dalam aktivitas harian kita. Mana yang harus kita dahulukan, antara menyelesaikan pekerjaan, dan segera mengerjakan sholat ketika adzan sudah terdengar? Saya yakin, kita semua sependapat, menyambut adzanlah yang kita dahulukan.
Itulah yang dinamakan prioritas. Menempatkan antara dua, atau lebih agenda, pada kategori yang proporsional. Salah satu resep yang sering digunakan dalam menentukan skala prioritas adalah membaginya menjadi beberapa kategori,
1. Penting dan mendesak
Penting dan mendesak berarti harus dikerjakan dan tidak bisa ditunda. Jika ditunda kesempatan hilang, dan jika kesempatan hilang peluang sukses terganggu.
2. Penting dan tidak mendesak

Penting dan tidak mendesak berarti harus dikerjakan tapi boleh ditunda, karena waktunya tidak harus sekarang.
3. Tidak penting namun mendesak

Urusan ini harus dikerjakan sekarang, jika ditunda kesempatan hilang, namun tidak mengganggu tercapainya tujuan.
4. Tidak penting dan tidak mendesak
Mungkin tidak perlu dilakukan, hanya memboroskan waktu saja.
Pembagian di atas yang biasanya digunakan untuk menentukan skala prioritas. Mana yang harus lebih dahulu kita lakukan, dan mana yang tidak perlu kita lakukan.
Selain dalam kegiatan sehari-hari, penentuan skala prioritas juga bisa kita dapati dalam amal ibadah. Istilah yang digunakan para ulama’ adalah fiqh ‘Uluwiyat (Fiqh Prioritas). Dimana dengannya kita bisa menentukan amalan mana yang layaknya lebih didahulukan daripada amalan lainnya. Contoh yang paling mudah adalah, sholat Wajib harus kita lebih dahulukan daripada sholat sunnah. Jadi, ketika kita mendengar iqomah tanda sholat wajib telah didirikan, maka kita dilarang untuk melakukan sholat sunnah.
Dakwah kepada keluarga layaknya lebih didahulukan sebelum melanglang buana berdakwah hingga negeri seberang. Syahadat lebih didahulukan sebelum amal ibadah lainnya. Mempelajari permasalahan Aqidah lebih didahulukan sebelum perkara agama selainnya.
Prioritas dalam bersedekah
Setidaknya ada 2 hal yang amat mendasar kita bisa jadikan landasan dalam menentukan prioritas sedekah kita,
a. Prioritas hukum

Prioritas dalam ibadah harus disesuaikan dengan tingkatan hukumnya. Fardhu `ain harus diprioritaskan di atas fardhu kifayah, yang wajib harus didahulukan daripada yang sunah, dan yang sunah harus lebih diutamakan daripada yang makruh.
Berdasarkan tingkatan hukum inilah kita harus menekankan diri agar menunaikan kewajiban terlebih dahulu sebelum melakukan amalan-amalan sunnah. Kita harus mendahulukan membayar zakat (zakat mal maupun zakat fitrah), memberi nafkah yang mencukupi untuk keluarga, dan kewajiban-kewajiban lain sebelum menunaikan amalan atau sedekah yang sifatnya sunnah.
Merupakan kesalahan sikap apabila kita rajin membagi-bagikan uang kepada para tetangga tetapi anak dan istri justru kita biarkan telantar tanpa nafkah sedikit pun. Atau, kita rajin mengeluarkan uang untuk ini dan itu tetapi zakat yang sifatnya wajib justru tidak pernah kita tunaikan.
“Di antara tanda mengikuti hawa nafsu adalah bersegera melakukan amalan sunnah namun malas menunaikan amalan wajib.” (Ibnu Atha’illah As-Sakandary, pengarang kitab Al-Hikâm)

b. Prioritas penerima.

Untuk mengurai skala prioritas penerima sedekah, kita bisa mencermati firman Allah, di antaranya adalah Q.S. Al-Baqarah [2]: 177 dan Q.S. An-Nisa’ [4]: 36. Kita juga bisa mencermati hadits-hadits Nabi saw, di antaranya adalah hadits dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Sedekah untuk orang yang dalam kesusahan dan kekurangan. Dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)

1. Istri, anak, dan orangtua yang menjadi tanggungan kita.

2. Kerabat.

3. Anak yatim dan orang-orang miskin.

4. Tetangga dan teman sejawat.
5. Orang-orang yang dalam perjalanan (musafir) dan para peminta.

Mengapa sedekah harus tepat sasaran? Jawabnya, sedekah harus tepat sasaran agar nilai kemanfaatnya lebih besar dan kefungsiannya mencangkup skala yang lebih luas. Karen nilai sedekah bukan selain dinilai dari jumlah nominalnya, dinilai juga pada sisi kemanfaatannya
Sedekah Tepat Arah

Mengapa sedekah harus tepat sasaran? Jawabnya, sedekah harus tepat sasaran agar nilai kemanfaatnya lebih besar dan kefungsiannya mencangkup skala yang lebih luas. Karen nilai sedekah bukan selain dinilai dari jumlah nominalnya, dinilai juga pada sisi kemanfaatannya.
Manakah yang lebih diprioritaskan, memberikan sedekah bagi seseorang yang tak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sampai-sampai tidak makan 3 hari, dengan memberikan sedekah kepada seseorang yang masih mampu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?
Oleh karena itu, masih ada satu landasan lagi yang perlu kita ketahui agar sedekah kita benar-benar bisa sampai pada sasaran yang tepat. Yaitu, prioritas kebutuhan dan kemanfaatan.

Prioritas dalam kategori ini bisa beragam wujudnya. Di antaranya sebagai berikut.

1. Orang yang dalam kondisi darurat harus didahulukan daripada yang tidak darurat.
2. Orang yang lemah harus didahulukan daripada yang kuat.
3. Orang yang shalih harus didahulukan daripada yang tidak shalih.
4. Bantuan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang lebih diutamakan daripada yang hanya dirasakan oleh satu atau beberapa orang saja.

5. Barang yang mendesak dibutuhkan harus didahulukan daripada barang yang tidak mendesak dibutuhkan.
Contoh simpelnya, kita harus lebih mendahulukan untuk menolong seorang pemulung yang nyaris mati kelaparan, meski dia tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan kita daripada saudara kita yang miskin tapi masih mampu makan kesehariannya. Begitu pula, jika ada 2 orang yang sama-sama membutuhkan, yang seorang adalah ta’mir masjid di komplek kita, dan yang lainnya adalah preman pasar yang kerap kali meresahkan warga. Maka, sudah menjadi maklum jika kita mendahulukan sang ta’mir daripada preman pasar.
Akhirnya, mari kita bangun jiwa sosial yang berselimutkan syari’at agar seluruh kegiatan kita berbuah manis di dunia maupun di akhirat sana.
Wallahu a’lam

Sabtu, 04 Agustus 2012

THEME WINDOWS 7 BATMANARHKAM


THEME WINDOWS 7 BATMAN ARHKAM

THEME WINDOWS 7 BATMAN ARHKAM

ada yang suka BATMAN.. nah.. kali ini saya akan bagikan THEME WINDOWS 7 BATMAN ARHKAM , kalo sobat pecinta batman.. pasti sudah tahu siapa tokoh di dalamnya.. nah.. kalo yang belum.. tanya sama adx adx nya.. hehe..  jangan tanya sama ADX ke ketemu GEDE.. bakal gak tahu.. wkwkkwk.. yuk.. mari.. silahkan .. cekidot.

==>WINDOWS BATMANARHKAM

password : www.kuyhaa-android19.com

membutuhkan Theme resouce changger, jadi kalo sobat belum theme resourche cangger,,
silahkan ke cara menerapkan theme windows 7, kalo yang sudah menginstall, abaikan saja

semoga bermanfaat guys

ASHAMPOO PHOTOOPTIMIZER 5.1.1 FINAL

 

ASHAMPOO PHOTO OPTIMIZER 5.1.1 FINAL

Photo optimizer nie sobat..  keluaran dari ASHAMPOO .. memang ashampoo ini softwarenya menarik-menarik.. enak di pandang.. dan..  Ashampoo photo optimizer ini membatu sobat meningkatkan kualitas gambar..  nah.. apabila sobat berminat untuk meninggkatkan kualitas photo ataupun mengedit dengan software sederhana.. cekidot.. di persilahkan mencobanya..

Some features of Ashampoo Photo Optimizer:

Ability to perform quick edits on the images.
The ability to accurately eliminate red eye.
Possible to increase the quality of image quality.
Black and White with color photos.
Ability to rotate images in different directions.
Revision was done to remove the Undo.
Ability to print images with a printer.
The ability to zoom images.
Features color images.
Having two very beautiful skin.
Having a beautiful and friendly environment.
Compatible with various Windows.

Langkah aktivasi:
1. install software, setelah selesai.. EXIT, jangan di jalnkan
2. Copy patch ke C: program files\ashampoo\Photo optimizer
3. lalu jalankan patch, klik tombol patch.. enjoy sucsesfully. dan full version


ASHAMPOO PHOTO OPTIMIZER 5.1.1 FINAL

semoga bermanfaat guys

Sahabat Nabi - Ammar bin Yasir, Calon Penghuni Surga

Yasir bin Amir, ayahanda Ammar, berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui salah seorang saudaranya. Rupanya ia berkenan dan merasa betah tinggal di Makkah. Bermukimlah ia di sana dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah ibnul Mughirah.
Abu Hudzaifah mengawinkannya dengan salah seorang sahayanya bernama Sumayyah binti Khayyath, dan dari perkawinan ini, kedua suami istri itu dikaruniai seorang putra bernama Ammar.

Keislaman mereka termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun (generasi pertama). Dan sebagaimana halnya orang-orang saleh yang termasuk dalam golongan yang pertama masuk Islam, mereka cukup menderita karena siksa dan kekejaman Quraisy.

Orang-orang Quraisy menjalankan siasat terhadap Kaum Muslimin sesuai situasi dan kondisi. Seandainya mereka ini golongan bangsawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan. Dan setelah itu mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit.
Dan sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Makkah yang rendah martabatnya dan yang miskin, atau dari golongan budak belian, maka mereka didera dan disulutnya dengan api bernyala.

Maka keluarga Yasir termasuk dalam golongan yang kedua ini. Dan soal penyiksaan mereka, diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari Yasir, Sumayyah dan Ammar dibawa ke padang pasir Makkah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai azab dan siksa.
Penderitaan dan pengalaman Sumayyah dari siksaan ini amat ngeri dan menakutkan, namun Sumayyah telah menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhirnya telah membuktikan kepada kemanusiaan suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur.
Rasulullah SAW selalu mengunjungi tempat-tempat yang diketahuinya sebagai arena penyiksaan bagi keluarga Yasir. Ketika itu tidak suatu apa pun yang dimilikinya untuk menolak bahaya dan mempertahankan diri.
Pengorbanan-pengorbanan mulia yang dahsyat ini tak ubahnya dengan tumbal yang akan menjamin bagi Agama dan akidah keteguhan yang takkan lapuk. Ia juga menjadi contoh teladan yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati, kebanggaan dan kasih sayang. Ia adalah menara yang akan menjadi pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat agama, kebenaran dan kebesarannya.

Demikianlah, berlaku pula bagi agama Islam. Makna ini telah dijelaskan oleh Al-Qur'an kepada Kaum Muslimin bukan hanya pada satu atau dua ayat.
Firman Allah SWT: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman” padahal mereka belum lagi diuji?" (QS Al-Ankabut: 2)
"Apakah kalian mengira akan dapat masuk surga, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian, begitu pun orang-orang yang tabah?" (QS Ali Imran: 142)
"Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusta." (QS Al-Ankabut: 3)
Memang demikianlah Al-Qur’an mendidik putra dan para pendukungnya, bahwa pengorbanan merupakan esensi atau saripati keimanan. Dan bahwa kepahlawanan menghadapi kekejaman dan kekerasan dihadapi dengan kesabaran, keteguhan dan pantang mundur. Maka Sumayyah, Yasir, dan Ammar adalah golongan luar biasa yang beroleh berkah ini.
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW mengunjungi mereka, Ammar berkata, "Wahai Rasulullah, azab yang kami derita telah sampai ke puncak."

Rasulullah SAW berkata, "Sabarlah, wahai Abal Yaqdhan... Sabarlah wahai keluarga Yasir, tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah surga!"
Siksaan yang diami oleh Ammar dilukiskan oleh kawan-kawannya dalam beberapa riwayat. Berkata Amar bin Hakam, "Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa yang diucapkannya.”
Ammar bin Maimun melukiskan, "Orang-rang musyrik membakar Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah SAW lewat di tempatnya, memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda, 'Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim!”
Bagaimanapun juga, semua bencana itu tidaklah dapat menekan jiwa Ammar, walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya. Ia baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan kezaliman dan kekejiannya. Semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka.
Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan yang demikian berat, orang-orang itu berkata kepadanya, “Pujalah olehmu tuhan-tuhan kami!”
Ammar pun mengikuti perintah mereka tanpa menyadari apa yang keluar dari bibirnya. Ketika siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya, maka hilanglah akalnya dan terbayanglah di matanya betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya, suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi.
Ketika Rasulullah SAW menemui sahabatnya itu didapatinya ia sedang menangis, maka disapunyalah tangisnya itu dengan tangan beliau seraya berkata, "Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu?”
“Benar, wahai RasuIullah," ujar Ammar.

Rasulullah tersenyum berkata, “Jika mereka memaksaimu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi!”
Lalu dibacakan Rasulullah kepadanya ayat mulia berikut ini: "Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan..." (QS An-Nahl: 106)

Kembalilah Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya. Ia tak lagi merasakan sakit. Jiwanya tenang. Ia menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah dan menjadi lemah, bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang begitu kokoh.
Setelah Rasulullah SAW ke Madinah, kaum Muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana, secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan menyempurnakan barisannya. Maka di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini, Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi. Rasulullah amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketakwaan Ammar kepada para shahabat.
Rasulullah bersabda, "Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya!”
Dan sewaktu terjadi selisih paham antara Khalid bin Walid dengan Ammar, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memusuhi Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah. Dan siapa yang membenci Ammar, maka ia akan dibenci Allah!"

Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid, pahlawan Islam itu, selain segera mendatangi Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf.

Jika Rasulullah SAW telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim demikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan.
Demikian halnya Ammar, berkat nikmat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada Ammar ganjaran setimpal, dan menilai takaran kebaikannya secara penuh. Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan yang telah dicapainya, maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan mengangkat dirinya sebagai contoh teladan bagi para sahabat.

Beliau bersabda, “Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti, Abu Bakar dan Umar. Dan ambillah pula hidayah yang dipakai Ammar untuk jadi bimbingan!”
Ketika Rasulullah dan kaum Muslimin membangun masjid di Madinah, beliau turut serta mengangkat batu dan melakukan pekerjaan yang paling sukar. Di tengah-tengah khalayak ramai yang sedang hilir mudik itu, terlihatlah Ammar bin Yasir sedang mengangkat batu besar.
Rasulullah juga melihat Ammar, dan langsung mendekatinya. Setelah berhampiran, maka beliau mengipaskan debu yang menutupi kepala Ammar dengan tangannya. kemudian bersabda di hadapan semua shahabatnya, "Malangnya Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!"

Kata-kata itu diulangi oleh Rasulullah sekali lagi... kebetulan bertepatan dengan ambruknya dinding di atas tempat Ammar bekerja, hingga sebagian kawannya menyangka bahwa ia tewas yang menyebabkan Rasulullah meratapi kematiannya itu.

Para sahabat terkejut dan menjadi ribut karenanya, tetapi dengan nada menenangkan dan penuh kepastian, Rasulullah menjelaskan, "Tidak, Ammar tidak apa-apa. Hanya nanti ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka!"
Ammar mendengarkan ramalan itu dan meyakini kebenaran pandangan yang disingkapkan oleh Rasulullah. Tetapi ia tidak merasa gentar, karena semenjak menganut Islam ia telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati syahid di setiap detik, baik siang maupun malam.

Ammar selalu terjun bersama Rasulullah dalam tiap perjuangan dan peperangan bersenjata, baik di Badar, Uhud, Khandaq, dan Tabuk. Dan tatkala Rasulullah telah wafat, perjuangan Ammar tidaklah berhenti. Ia terus berjuang dan berjihad menegakkan agama Allah.
Ketika terjadi pertentangan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, Ammar berdiri di samping menantu Rasulullah tersebut. Bukan karena fanatik atau berpihak, tetapi karena tunduk kepada kebenaran dan teguh memegang janji! Ali adalah khalifah kaum Muslimin, dan berhak menerima baiat sebagai pemimpin umat.
Ketika meletus Perang Shiffin yang mengerikan itu, Ammar ikut bersamanya. Padahal saat itu usianya telah mencapai 93 tahun. Orang-orang dari pihak Muawiyah mencoba sekuat daya untuk menghindari Ammar, agar pedang mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga menjadi manusia “golongan pendurhaka”.
Tetapi keperwiraan Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Muawiyah mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya. Hingga setelah kesempatan itu terbuka, mereka pun membunuh Ammar.
Maka sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka itu, yaitu golongan yang membunuh Ammar, yang tidak lain dari pihak Muawiyah!

Jasad Ammar bin Yassir kemudian dipangku Khalifah Ali, dibawa sebuah ke tempat untuk dishalatkan bersama kaum Muslimin, lalu dimakamkan dengan pakaiannya.
Setelah itu, para sahabat kemudian berkumpul dan saling berbincang. Salah seorang berkata, “Apakah kau masih ingat waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW dan tiba-tiba wajahnya berseri-seri lalu bersabda, "Surga telah merindukan Ammar?"
"Benar," jawab yang lain.
“Dan waktu itu juga disebutnya nama-nama lain, di antaranya Ali, Salman dan Bilal..." timpal seorang lagi.
Bila demikian halnya, maka surga benar-benar telah merindukan Ammar. Dan jika demikian, maka telah lama surga merindukannya, sedang kerinduannya tertangguhkan, menunggu Ammar menyelesaikan kewajiban dan memenuhi tanggungjawabnya. Dan tugas itu telah dilaksanakannya dan dipenuhinya dengan hati gembira.
Sumber: 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni

Sahabat Nabi - Bilal bin Rabah

Bentuk dan rupa fisiknya berbeda dengan kebanyakan orang Arab. Ia digambarkan bertubuh kurus, berpostur ramping dan berkulit hitam. Namun dalam Islam, masalah fisik ini tidaklah berharga dan tidak diperhitungkan.
Ia dibawa ke Makkah dalam keadaan terasing dari ibu dan keluarganya, dan hidup di sana sebagai hamba sahaya yang hina.
Dia adalah budak yang lemah lagi miskin, namun diangkat derajatnya oleh agama ini sehingga menjadi pewaris jannah. Bilal bin Rabah adalah nama yang dicintai orang-orang beriman. Dan suaranya dirindukan oleh telinga mereka yang mengesakan Allah.

Syekh A’id Abdullah al-Qarni dalam Al-Misk wa al-‘Anbar fi Khathab al-Mimbar menulis, ketika Muhammad saw mengumandangkan kebenaran di atas bukit Shafa, “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Dan mendatangi para pembesar Makkah untuk mengajak mereka pada kebenaran, namun didustai dan dicaci-maki, Rasulullah pun mencari orang-orang lemah. Dan beliau menemukan mereka, salah satunya adalah Bilal.

Ketika Bilal melihat Muhammad saw, maka ia pun mencintai beliau. Bilal mencintai Muhammad saw dengan cinta yang menulikan pendengarannya dan membutakan matanya. Sehingga ia bergerak selalu disertai dengan cinta kepada Rasul. Seolah-olah ia berkata, “Aku mencintai jangan tanya mengapa? Sebab sesungguhnya aku mencintaimu. Cinta ini adalah jalan hidupku.”
Tatkala Bilal masuk Islam, para pemaksa itu mendatanginya. Mereka menyiksanya dengan pedih supaya ia meninggalkan kalimat tauhid. Namun Bilal teguh pendirian, enggan kembali pada kekufuran. Kata-kata “Ahad, Ahad” terus terucap dari bibirnya yang gemetar. Hingga ia dimerdekakan oleh Abu Bakar.
Bilal kemudian menghadap Rasulullah dalam kondisi yang mengenaskan. Beliau menerima dan mendidiknya, sebagaimana seorang ibu mendidik anak-anaknya. Rasulullah mendoakan dan menjadikannya muazin pertama dalam sejarah Islam.
Menjelang Zuhur usai Fathu Makkah, Rasulullah meminta Bilal naik ke atas Ka’bah untuk mengajak orang-orang shalat. Ketika ia mengumandangkan azan, semua orang menangis, termasuk Rasulullah. Air mata beliau mengalir deras membasahi pipi.
Suara Bilal menggema di perbukitan dan lembah-lembah kota Makkah, dengan kalimat yang mengguncang dunia; “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah...”

Kisah Mualaf - Mualaf Ayesha Kim, "Ibu" bagi Muslimah Korea


SEOUL Dari namanya, orang akan tahu dari mana dia berasal. Ia sengaja tak membuang Kim dari nama barunya, Ayesha, setelah masuk Islam. Kim adalah identitas Koreanya.
Kini ia dikenal sebagai "mercusuar" iman untuk wanita Korea, dan khususnya bagi siswa perempuan negara itu. Dia membimbing mereka menuju jalan Kebenaran Islam. Ia aktif berdakwah, dari kampus ke kampus. Ia lebih menyukai pendekatan logika dalam mengajarkan Islam.
Islam pertama kali datang pada suaminya, Imam Mahdevoon, yang kini ketua Persatuan Muslim di Korea Selatan. Perdebatan panjang beralhir pada tekad, mereka berdua akan selalu bersama untuk melintasi jalan Kebenaran.
Aisyah mampu menemukan kebenaran di tengah-tengah perang dahsyat yang berkobar ketika ia memilih Islam untuk agamanya. Ia mengadopsi nama Ayesha Islam setelah nama istri mulia Rasulullah SAW. Dia berpikir bahwa akan menjadi sumber berkat bagi dirinya. "Serangan misionaris di Korea sangat gencar, saya nyaris berbelok sebelum dalam Islam yang saya menemukan kebenaran yang saya yakini."

Ketika ditanya tentang keterlibatan awal dirinya dengan Islam, ia pertama diam dan memejamkan mata, seolah-olah dia berusaha mencari sesuatu yang tersembunyi dalam relung hatinya. Setelah beberapa saat terdiam, ia melanjutkan, ia ingin ketenangan dalam hidup. Suaminya, telah lebih dulu berislam.
"Kebenaran suara hati saya mendorong saya bahwa ada satu-satunya cara untuk mencapai Kebenaran," ujarnya.
Pada waktu yang sama pecah Perang Korea yang memaksanya untuk berpindah sampai ke pelabuhan Pusan. Ia makin merenungi makna hidup. "Akhirnya saya berkata pada suami saya bahwa "oke, saya akan masuk Islam" setelah saya melihat, memang Islamlah satu-satunya benteng untuk menyelamatkan diri kita sendiri serta masyarakat," katanya.

Tentang keterlibatannya dalam dunia dakwah, tak lepas dari persinggungannya dengan Omar Kim, mualaf Korea pada tahun 1950-an.

"Dia telah memeluk Islam secara terbuka. Sebelum meninggal dia pernah berpesan, tepatnya mendesak kami, untuk menyebarkan pesan-pesan Islam dan mengundang orang untuk menerima Islam," ujarnya.

Usai perang, ia melaksanakan amanah Kim. Ia mendatangi keluarga korban dan menguatkan. Beberapa tertarik masuk Islam, beberapa lagi tetap menganut agama lamanya, namun hubungan mereka tetap terjalin hingga bertahun-tahun kemudian.
Setelah ini, dia mengarahkan perhatian terhadap anak-anaknya. Dia berkata, "Saya hanya memiliki dua anak perempuan saya menahan kesulitan tentang mereka. Tapi saya menyadari bahwa setelah semua ini, kebenaran yang bicara."
Yang dia ceritakan, adalah anak sulungnya. Ingin "merdeka", ia menolak segala bentuk campur tangan orang tuanya. Namun di usia 25 tahun, ia menerima berita lain, "Hati saya tenang bila mendengar Alquran dibacakan. Tapi saya akan mencari informasi yang maksimal tentang Islam sebelum memutuskan (untuk bersyahadat atau tidak)," ia menirukan omongan anaknya.
Setelah beberapa waktu, dia juga menerima Islam. Namanya diubah dari Yoong menjadi Jamila. Dia menikah dengan seorang Muslim Korea. "Putri saya yang lebih muda menerima Islam pada usia 20. Dia juga menikah dengan seorang Muslim Korea. Dia tinggal di Korea di dekat kami."

Ia tenang, mempunyai sandaran yang bisa diandalkan. "saya telah mempercayakan seluruh persoalan kepada Allah. Anggota keluarga yang lain belum Muslim, tapi saya telah mempertahankan hubungan ini tetap harmonis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," ujarnya.
Ia kini aktif berdakwah di kalangan wanita Korea. "Saya telah mendorong banyak wanita Korea untuk menerima Islam, saya telah membuat mereka memahami bagaimana Islam melindungi hak-hak bersama pasangan yang telah menikah, dan bagaimana Islam menyediakan dasar untuk kehidupan keluarga.. Segala puji bagi Allah, saya telah berhasil membimbing sejumlah besar wanita ke jalan Kebenaran."
Usaha ini bukannya tanpa rintangan. "Kesulitan lain adalah bahwa gadis-gadis yang baru menjadi Muslim harus tinggal di sebuah masyarakat di mana agama mayoritas memiliki otoritas. Untuk alasan ini, dalam rangka menjaga semangat gadis-gadis ini, adalah penting untuk mengatur pertahanan yang efektif. Pertahanan itu datang hanya melalui lembaga pendidikan Muslim. "
Ia bersyukur, para mualaf Korea cukup istikamah. Mereka umumnya juga menjadi pendakwah baru, seperti dirinya. Mereka juga terus didorong untuk aktif melakukan kegiatan sosial. "Itulah sesungguhnya inti pesan Islam, menjadi rahmat bagi siapa saja di sekelilingnya," ujarnya.
Sumber: Islam Awareness