Kemiskinan yang Dapat Gelincirkan Iman

Tidak dapat dipungkiri
bahwa kemiskinan merupakan penyakit yang amat berbahaya bagi keselamatan dan
keutuhan akidah, terutama jika si miskin hidup di lingkungan orang-orang kaya
yang sama sekali tidak peduli dengan nasib mereka.
Terlebih jika si miskin termasuk
orang yang sudah mati-matian bekerja keras (tetapi nasibnya juga tidak
berubah), sementara si kaya nampaknya hanya duduk-duduk saja.
Dalam keadaan itu, si
miskin cenderung menawarkan semacam keragu-raguan untuk mempertanyakan
kebijaksanaan dan keadilan Allah SWT dalam mendistribusikan harta kepada umat
manusia.
Pendapat itu tidak
berbeda dengan sebuah syair:
Banyak orang pandai yang
dilelahkan oleh pendapat-pendapatnya.
Tetapi banyak orang
bodoh yang ternyata banyak mendapatkan rizki.
Inilah yang menyebabkan
hati menjadi bingung.
Dan orang yang pintar
menjadi zindik
Menurut ulama besar dari
Mesir, Prof Dr Yusuf Qaradhawi (2002), kemiringan akidah bersumber dari masalah
kemiskinan dan ’ketidakdilan distribusi’. Al-Mishry (seorang sufi) mengatakan,
”Paling kafirnya (ingkar) manusia adalah orang miskin yang tidak sabar”.
Tidak aneh jika
Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Hampir saja, kefakiran menjadi kekafiran”.
Karena itu, marilah kita
memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala bahaya kefakiran (kemiskinan)
dan kekafiran ini beliau ekspresikan dalam rangkaian dia:
”Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran”.
”Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari kekafiran, kekurangan (kemiskinan) dan kehinaan. Dan
aku juga berlindung kepada-Mu dari berbuat dhalim atau saya yang dizalimi”.
Jika saja kemiskinan
bisa membahaya akidah dan kemimanan, tidak kalah penting (untuk diperhatikan)
bahwa kemiskinan juga bisa berdampak negatif terhadap prilaku dan moral
seseorang.
Kesengsaraan dan
kepedihan hidup yang diderita oleh orang miskin-apalagi di sekitarnya hidup
dalam kecukupan-sering menjadi stimulus negatif untuk melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji.
Wajar kalau banyak pakar
mengatakan: Shaut al-Ma’iddah aqwa min shaut al-Dlamir (bunyi perut yang
keroncongan karena lapar lebih nyaring (bisa mengalahakan) suara hati nurani).
Rasulullah SAW pernah
menjelaskan kepada kita tentang bahaya hidup dalam keterhimpitan kemiskinan,
kaitannya dengan prilaku (moral): Ambillah pemberian selama itu masih berupa
pemberian.
Tetapi kalau sudah suap
atas utang maka jangan kalian ambil. Dan kalian tidak meninggalkannya selama
kaliah butuh dan fakir.”
Kemiskinan juga bisa
membuat seorang muslim bisa menjadi pencuri, pelacur, koruptor dan lainnya dan
ada baiknya kita menyimak sebuah hadis Rasulullah SAW: ”Sedekahmu kepada si
pencuri, mudah-mudahan bisa mencegah dia untuk mencuri lagi. Sedekahmu kepada
si pelacur, mudah-mudahan bisa mencegah dia untuk melakukan perzinahan lagi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar