السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bagaimana pendapat Anda tentang orang yang kami ajak untuk
bertaubat kepada Allah kemudian dia berkata, ‘Sesungguhnya Allah belum menakdirkan
aku untuk bertaubat.’
Ada juga orang lain yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah memberi
hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki.’?
Orang pertama berkata,
“Sesungguhnya Allah belum menakdirkan aku untuk bertaubat.”
Dengan sangat mudah kita menjawabnya, “Apakah engkau telah melihat
ilmu gaib atau engkau telah mengambil perjanjian dari Allah?”
Jika dia berkata, “Ya,” maka kita katakan, “Kamu telah kafir
karena kamu telah mengaku mengetahui ilmu gaib!”
Jika dia berkata, “Tidak,” maka kita katakan, “Kamu kalah! Kamu
tidak mengetahui bahwa Allah belum menakdirkan hidayah untukmu maka raihlah
hidayah. Sesungguhnya Allah tidak menghalangimu dari hidayah. Bahkan Dia
memanggilmu menuju hidayah dan memberimu arahan untuk meraihnya. Dia
memperingatkanmu agar menjauhi kesesatan dan melarangmu mengikutinya. Allah
tidak berkehendak membiarkan hamba-hamba-Nya berada di dalam kesesatan selama-lamanya.
يُرِيدُ اللّهُ لِيُبَيِّنَ
لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ
وَاللّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
‘Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepadamu, dan
menunjukimu jalan-jalan orang yang sebelummu (para nabi dan shalihin) dan
(hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.’
(QS. An-Nisa’:26)
Oleh sebab itu, bertaubatlah kepada Allah! Sungguh Allah lebih
senang dengan taubat-taubatmu daripada seorang lelaki yang kehilangan
kendaraannya yang membawa perbekalannya sehingga dia berputus asa karenanya.
Kemudian dia tidur di bawah sebatang pohon menuggu kematian. Lalu dia
terbangun; ternyata tali kekang untanya terikat di pohon. Selanjutnya dia
meraihnya dan berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah
Rabb-Mu.’ Dia melakukan kesalahan saking gembira meluap-luap. Dia sebenarnya
hendak berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku dan aku adalah hamba-Mu.’”
Adapun orang kedua berkata, “Sesungguhnya Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki.”
(Kita tanggapi dia), “Jika Allah memberi hidayah kepada siapa saja
maka ini adalah hujjah untuk membantahmu. Bertaubatlah agar engkau termasuk
orang-orang yang dikehendaki Allah mendapat hidayah.”
Hakikatnya, sanggahan orang kedua tadi muncul dari pelaku maksiat
untuk mengelak dari hujjah, namun hal ini tidak akan menolongnya di sisi Allah.
Allah berfirman,
سَيَقُولُ
الَّذِينَ أَشْرَكُواْ لَوْ شَاء اللّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلاَ آبَاؤُنَا وَلاَ
حَرَّمْنَا مِن شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم حَتَّى ذَاقُواْ
بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِندَكُم مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِن تَتَّبِعُونَ
إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ أَنتُمْ إَلاَّ تَخْرُصُونَ
“Orang-orang yang mempersekutukan Allah akan mengatakan, ‘Jika
Allah menghendaki niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya
dan tidak (pula) kami mengharamkan sesuatu apa pun.’ Demikian pula orang-orang
sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan
Kami. Katakanlah, ‘Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat
kamu mengemukakannya kepada Kami?’ Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan
belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.’” (QS. Al-An`am:148)
Semoga bermanfaat....
وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar