Cinta Sejati Dalam Islam
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Makna
‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan
tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan
bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah,
sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan
sahabatnya.
Masyarakat
di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta
Suci’. Karenanya, rame-rame,
mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada
kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan
kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum
mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan
membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk
sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta
model apa yang selama ini menghiasi hati anda?
Seorang
peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico
mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah
hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan
semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta
itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan
lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa
hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya,
rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan
pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin,
feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia,
berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan
terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu
berkurang lalu menghilang.
Wah,
gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan
bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan
terkubur jauh-jauh hari.
Anda
ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan
tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap
merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya
mencintai pasangan anda?
Saudaraku,
bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka
saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, pasti
saat ini telah luntur.
Bila
dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka
saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila
rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan
terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau
secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku!
bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami
atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah
sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk
sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya
compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda
masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para
ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakarradhiallahu
‘anhu bepergian ke
Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan
semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan
dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak
hari itu, Abdurrahmanradhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa
menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait
syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair
yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai,
apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku
senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras
wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai,
kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga
bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena
begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al
Khattab radhiallahu
‘anhu merasa iba
kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan
negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi
termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah
kepada Abdurrahmanradhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah
kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah
satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan
Khalifah Umarradhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi
tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda
bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya
benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia
melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang
sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman
kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang
merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi
teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji
delima?”
Akan
tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa
penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu
nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu
ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap
ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar
kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya
ini kepada ‘Aisyah radhiallahu
‘anha. Mendapat
pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد
الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها
إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai
Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya.
Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang,
hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau
mengembalikannya kepada keluarganya. Karena
didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan
Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamaloleh Al Mizzi
16/559)
Bagaimana
saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila
bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh
Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu
‘anhu?
Tidak
heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada
dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup
unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda
penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan
rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berikut
ini:
الْمَرْأَةُ
عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita
itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan
akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan
lainnya)
Orang-orang
Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ
مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
“Setiap
yang terlarang itu menarik (memikat).”
Dahulu,
tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan
berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda,
sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara
haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga
andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
حُبُّكَ
الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
“Cintamu
kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.”
Akan
tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan
menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di
mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora
dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda
seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan
pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta
benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari
sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan
telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda
berdua dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ
مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka
mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya
mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin
anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah
sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan
demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak
mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin
anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak
untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali
cinta saya?
Simaklah
jawabannya dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ
الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ،
فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya,
seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya,
kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi
wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun
‘alaih)
Dan
pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا
خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ
تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila
ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu
melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan
dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan
lainnya)
Cinta
yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa
bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena
hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
الأَخِلاَّء
يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang
yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh
bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs.
Az Zukhruf: 67)
Saudaraku!
Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu
abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang
senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan
kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu
senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan
telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ
إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ
فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga
hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa
manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari
keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena
Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan
dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.”(Muttafaqun
‘alaih)
Saudaraku!
hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan
sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan
tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya
bin Mu’az berkata: “Cinta
karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat
baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta
anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga
bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan
bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka
cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi,
pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan
berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku!
setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah
cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar