بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan Kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka
peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran:190-191).
Allah Swt pada ayat 190 surah Ali Imran mengajak manusia
untuk berpikir dan merenungi tentang penciptaan langit-langit dan bumi. Kemudian
pada ayat berikutnya Allah Swt menjelaskan hasil dan buah dari berpikir ini.
Ayat ini
menjelaskan tentang keesaan Tuhan Sang Pencipta dan menyatakan bahwa apabila
manusia memikirkan dengan cermat dan menggunakan akalnya terkait dengan proses
penciptaan langit-langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, maka ia
akan menemukan tanda-tanda jelas atas kekuasaan Allah Swt; maha karya dan
rahasia-rahasia yang menakjubkan yang akan menuntun para hamba kepada Allah Swt
dan hari Kiamat serta menggiring mereka pada kekuasaan Ilahi yang tak terbatas.
Abstrak dan ringkasan makna dua ayat ini adalah demikian; mereka yang menyaksikan, didasari dengan pemikiran dan perenungan, penciptaan langit-langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, pemikiran dan perenungan ini menyebabkan mereka senantiasa akan mengingat Tuhan. Dengan perantara ini mereka akan menyadari bahwa Allah Swt segera akan membangkitkan mereka dan atas dasar itu ia memohon rahmat-Nya serta meminta supaya janji yang diberikan kepada mereka dapat terealisir baginya.
Berpikir adalah salah satu tipologi terpenting
manusia. Berpikir merupakan salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Ilahi
yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan berulang kali al-Quran menyeru
manusia untuk menggunakan akal dan pikirannya.
Ayat ini merupakan
seruan kepada manusia untuk berpikir tentang proses penciptaan semesta. Ayat ini disertai
dengan ayat-ayat serupa, menetapkan tentang
keesaan Sang Pencipta. Karena apabila seseorang mencermati dan memikirkan
tentang proses penciptaan langit-langit dan bumi, maka ia akan menemukan
tanda-tanda terang atas kekuasaan Allah Swt; maha karya dan rahasia-rahasia
yang menakjubkan yang akan menuntut para hamba kepada Allah Swt dan hari Kimaat
serta menggiring mereka pada kekuasaan Ilahi yang tak terbatas.
Manusia apabila
memikirkan tentang proses penciptaan langit dan bumi, akan menemukan bahwa
seluruh ini tadinya tiada kini mengada (baca: hadits) dan memerlukan
pencipta dan Khaliq. Pencipta mereka adalah Tuhan; karena pada sistem
penciptaan yang menakjubkan, terdapat rahasia-rahasia dan ilmu yang tidak dapat
dilakukan selain seorang yang Mahabijaksana. Karena itu, pencipta semesta ini
tentulah seorang Pencipta Yang Mahabijak, Mahamengetahui dan tersifati dengan
sifat-sifat sempurna dan agung.
Salah satu ayat dan
tanda penciptaan-Nya yang dirasakan oleh setiap manusia adalah silih
bergantinya siang dan malam yang berputar berdasarkan sistem yang akurat dan
cermat serta memiliki pengaruh, keberkahan dan pengaruh yang dapat dirasaan
oleh tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Ayat-ayat ini dan ayat-ayat yang serupa
berbicara tentang hal ini.
Tatkala orang-orang
musyrik Mekkah datang kepada Rasulullah Saw dan meminta mukjizat untuk
menetapkan keberadaan Tuhan dan kenabian Muhammad. Salah satu usulan mereka
yang disampaikan kepada Rasululah Saw, “Ubahlah gunung Shafa menjadi emas.”
Allah Swt menjawab permintaan mereka, “Penciptaan langit-langit dan bumi, silih
bergantinya siang dan malam, sangat penting untuk dapat menetapkan Sang
Pencipta bagi orang-orang yang berakal; artinya apabila manusia menggunakan
akal dan memberdayakan pikirannya maka hal itu akan membimbingnya kepada Sang
Pencipta. Apakah mungkin langit-langit dan bumi, segala ciptaan yang
menakjubkan yang ada di dalamnya, dapat mengada tanpa ada yang mengadakannya?
Apakah mungkin dapat diterima siang dan malam yang datang silih berganti secara
teratur pada setiap bulan dan tahun bahkan sedetik pun tidak pernah menyelisih
siklus perputarannya dapat sedemikian teratur tanpa pencipta yang berkuasa?
Apakah penciptaan makhluk-makhluk seperti ini lebih penting atau gunung Shafa
yang ingin dirubah menjadi emas?
Apa yang dapat
dijadikan sebagai penafsiran ayat mulia ini secara global dapat dikatakan bahwa
ayat ini menunjukkan tentang masalah tauhid dan menyatakan, “Langit-langit ini
yang berada di atas kita dan menaungi kita, dengan segala kecermatan dalam
penciptaannya dan bumi yang memeluk kita dan alas yang kita jejaki di atasnya,
dengan segala keajaibannya, dengan segala keanehan dalam
perubahan-perubahannya, misalnya silih bergantinya siang dan malam, segala sesuatunya
memerlukan Sang Pencipta yang mengadakan dan menciptakannya. Hal ini merupakan
salah satu argumen (burhân) yang dapat
disuguhkan pada ayat ini terkait dengan masalah tauhid.
Argumen lainnya
adalah sistem dan mekanisme yang berlaku di alam semeta; hasil dari argumen ini
perut bumi dari sisi berat, kecil dan besarnya, jauh dan dekatnya masing-masing
berbeda. Apabila manusia mencermatinya, maka ia akan menyimpulkan bahwa
sedemikian menakjubkan dan indahnya sistem yang berlaku di alam semesta, alam dengan
segala keluasaanya dari sisi mana pun memberikan pengaruh pada sisi lainnya,
setiap bagian-bagiannya yang dapat mengada di setiap tempat, terpengaruh pada
bagian-bagian lainnya, gravitasi umumnya yang satu sama lain saling bertautan,
demikian juga cahaya dan panasnya, dengan pengaruhnya yang menggerakan gerak
dan zaman.
Sistem umum dan
general ini berada di bawah satu aturan yang permanen dan bahkan hukum
relativitas pun memandang gerak umum di alam semesta ini senantiasa berubah.
Hukum relativitas mau-tak mau mengakui bahwa ia juga didominasi oleh hukum
lain, yaitu aturan yang permanen yaitu adanya perubahan dan pergantian.
Ringkasan
makna dua ayat ini: mereka yang memandang langit-langit dan bumi serta
silih bergantinya siang dan malam dengan pikiran dan perenungan maka perenungan
ini akan melahirkan dzikir kepada Allah Swt sehingga dalam perbagai kondisi,
berdiri, duduk, diam, menyaksikan dengan seksama seluruh makhluk yang ada di
alam semesta yang akan membimbing mereka dari makhluk yang paling kecil pada
keberadaan sosok Perencana dan Pelukis alam semesta.
وَعَلَيْكُمْ
السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar